Sunday, January 27, 2019

MAKALAH TEORI – TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK, ABRAHAM MASLOW DAN KOGNITIF GEORGE A. KELLY

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam proses pembuatan makalah yang berjudul “TEORI – TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK, ABRAHAM MASLOW DAN KOGNITIF GEORGE A. KELLY”, dan penyusunpun telah mengalami banyak kesulitan. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Dr. H. Irfan Ahmad Zain, M.Pd selaku dosen pengampu yang telah memberikan ilmunya dan memberi masukan dalam menyusun makalah ini.
2.      Kedua orang tua yang telah membimbing
3.      Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
Penyusun sadar bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, agar kami dapat menghasilkan makalah yang berikutnya yang lebih sempurna. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua

Bandung,        November 2018


DAFTAR ISI


BAB I

PENDAHULUAN 

A.    Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang kompleks. Manusia sulit dipahami karena keunikannya. Dengan keunikannya, manusia adalah makhluk tersendiri dan berbeda dengan makhluk apapun. Juga dengan sesamanya. Tetapi, betapapun sulitnya atau apapun hambatannya, manusia ternyata tidak pernah berhenti berusaha menemukan jawaban yang dicarinya itu. Dan barang kali sudah menjadi sifat atau ciri manusia yang selalu mencari tahu dan tidak pernah puas dengan pengetahuan-pengetahuan yang diperolehnya, termasuk pengetahuan tentang kepribadian dirinya sendiri dan sesamanya.
Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsi-fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami aku, diri, self, atau manusia seutuhnya.
Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi, yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan khusus) para ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behavior”, perilaku manusia, yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut.
Hasil pemikiran dan temuan para ahli ternyata beragam, sehingga melahirkan teori-teori yang beragam pula. Adanya keberagaman tersebut sangat dipengaruhi oleh aspek personal (refleksi pribadi), kehidupan beragama, lingkungan sosial budaya, dan filsafat yang dianut teori tersebut.
Pembahasan tentang keberagaman pemikiran atau teori kepribadian, akan dibahas pada bab-bab yang ada di dalam makalah ini

B.     Rumusan Masalah

1. Apa pengertian teori kepribadian?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman teori kepribadian?
3. Bagaimana isi teori kepribadian humanistik?
4. Bagaimana isi teori kepribadian Abraham Maslow?
5. Bagaimana isi teori kepribadian kognitif George A. Kelly?

C.    Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian teori kepribadian
2.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman teori kepribadian
3.    Untuk mengetahui isi teori kepribadian humanistik
4.    Untuk mengetahui isi teori kepribadian Abraham Maslow
5.    Untuk mengetahui isi teori kepribadian kognitif George A. Kelly

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Teori Kepribadian

Teori dapat diartikan sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol tentang kenyataan tersebut (C. George Boeree, 2005: 1).
Teori juga dapat diartikan sebagai: (a) sekumpulan atau seperangkat asumsi (dugaan, perkiraan, atau anggapan) yang relevan, dan secara sistematis saling berkaitan; (b) hipotesis atau spekulasi tentang kenyataan (realitas) yang belum diketahui kebenarannya secara pasti, sebelum diverifikasi melalui pengujian dalam kenyataan, dan  (c) sekumpulan asumsi tentang keterkaitan antara peristiwa-peristiwa empiris (fenomena).[1]
Teori berfungsi untuk: (a) mengarahkan perhatian atau arah penelitian; (b) merangkum pengetahuan dalam bentuk generalisasi; (c) memprediksi atau meramalkan fakta (Yusuf dan Juntika, 2007).
Sedangkan “kepribadian” disebut dengan personality (bahasa inggris); persoonlijkheid (bahasa Belanda); personlichkeit (bahasa Jerman); personalita (bahasa Itali); dan personalidad (bahasa Spanyol).[2] Akar kata istilah tersebut berasal dari bahasa Latin persona “topeng”, yaitu topeng yang digunakan oleh aktor pertunjukan, dalam pertunjukan tersebut aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli dan menampilkan diri sesuai dengan kepribadian topeng yang digunakan.[3]
Pengertian kepribadian menurut para ahli:
a.              Woodworth mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas tingkah laku total individu”.
b.             Dashiel mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisir”.
c.              Allport mengemukakan pendapatnya tentang kepribadian ini, yaitu “kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri inividu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya”.
Berdasarkan beberapa pengertian teori dan kepribadian di atas, maka istilah “teori kepribadian” dapat diartikan sebagai “seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi empirisnya”.[4]

B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keragaman Teori Kepribadian

Perkembangan teori kepribadian tidak terlepas dari pribadi pembangun teori itu sendiri, pengalaman hidupnya, dan suasana kehidupan di mana dia berada. Menurut Stefflre dan Matheny ada beberapa faktor yang mempengaruhi keragaman teori kepribadian, yaitu
a.              Personal, teori merupakan refleksi dari kepribadian pembangunnya (Personality of its builder).
b.             Sosiologis, corak kehidupan sosial budaya tempat pembangun teori itu hidup.
c.              Filsafat, cara pandang yang dianut oleh pembangun teori tentang suatu fenomena kehidupan.
d.             Agama, keyakinan yang dianut oleh pembangunan teori.[5]

C.    Teori Kepribadian Humanistik

Teori Humanistik berkembang sekitar Tahun 1950-an sebagai teori yang menantang teori-teori psikoanalisis dan behavioristik. Serangan humanistik terhadap dua teori ini, adalah bahwa kedua-duanya bersifat “dehumanizing” (melecehkan nilai manusia ). Teori Freud dikritik, karena memandang tinghkah laku manusia didominasi atau ditentukan oleh dorongan bersifar primitif, dan animalistik (hewani). Sementara behavioristik dikritik, karena teori ini terlalu asyik dengan penelitiannya terhadap bintang, dan menganalisis kepribadian secara pragmentaris. keduai teori ini dikritik, karena memandang manusia sebagai bidak atau pion yang tak berdaya diikontrol oleh lingkungan dan masa lalu, dan sedikit sekali kemampuan untuk mengarahkan diri.[6] Humanisme menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self- realization)[7]. Para ahli teori humanistik (Humanisme) memiliki pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Mereka meyakini bahwa:
a.              Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri;
b.             Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang di atur sepenuhnya oleh lingkungan, dan;
c.              Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional, dan konflik.
Para ahli teori ini juga berpendapat bahwa pandangan manusia tentang dunia bersifat subjektif lebih penting dari realitas objektif. Jika anda berpikir bahwa anda bersifat sederhana (homely), cerdas (bright), atau pandai bergaul (sociable), maka keyakinan-keyakinan ini akan lebih mempengaruhi tingkah laku anda dari pada realitas aktual tentang ketiga sifat tersebut.
Di antara para ahli teori humanistik yang dipandang paling berpengaruh, salah satunya yaitu Abraham Maslow.

D.    Abraham Maslow

Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York pada tanggal 1 April 1908. Dia anak sulung dari tujuh bersaudara. Pada waktu Maslow berusia 14 tahun, orangtuanya bermigrasi dari Rusia menuju Amerika Serikat. Ia merasa tidak bahagia dan terisolasi, karena orangtuanya tidak memberikan kasih sayang, ayahnya bersikpa dingin dan tidak akrab, dan sering tidak ada di rumah dalam waktu yang cukup lama. Ibunya seorang yang sangat percaya tahayul, yang sering menghukum Maslow hanya karena hal kecil. Perlakuan ibunya memberikan dampak yang serius bagi dirinya, tidak hanya kepada kehidupan emosionalnya tetapi juga pada pekerjaannya dalam Psikologi. Maslow kuliah di Universitas Wisconsin dan bertemu dengan sepupunya Bertha dalam bidang psikologi, dan mereka menikah. Maslow mendapat gelar Ph.D dari Universitas Wisconsin 1934. Kemudian menjadi Postdoctoral Fellowship yang berada di bawah tanggung jawab E.L Thorndike, di Universitas Columbia. Kemudian ia mengajar Broolkyn College sampai dengan tahun 1951. Pada saat bekerja dengan Thorndike, ia mengikuti tes kecerdasan dan bakat skolistik dan hasiknya Maslow mempunyai IQ yang sangat tinggi yaitu 195, masuk kelompok genius. Moslow menderita serangan jantung yang mengakibatkan kematiannya pada tanggal 8 Juni 1970.
Teori Abraham Maslow dapat dinamakan dengan teori Dinamika Holistik. Teori ini mengasumsikan keseluruhan kepribadian manusia yang termotivasikan secara konstan oleh suatu kebutuhan atau kebutuhan lainnya.[8]

1.      Hirarki Kebutuhan Maslow

Maslow berpendapat bahwa kepribadian manusia dihasilkan dari motivasi manusia yang diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki kebutuhan yaitu suatu susunan yang sistematis, suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuhan itu mempunyai beberapa karakteristik sebaga berikut:
a.              Kebutuhan yang lebih rendah dalam hirarki merupakan kebutuhan yang kuat, potensial, dan prioritas; sementara yang lebih tinggi merupakan kebutuhan yang paling lemah.
b.             Kebutuhan yang paling tinggi muncul terakhir dalam rentang kehidupan manusia. Kebutuhan fisiologis (biologis) dan rasa aman muncul pada usia anak, kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan muncul pada usia remaja, sementara kebutuhan aktualisasi diri muncul pada usia dewasa. Kegagalan dalam dalam memuaskan kebutuhan ini akan mengakibatkan defisiensi (ketiaknyamanan) dalam diri individu. Maslow menyebutnya kebutuhan deficit atau defisiensi.
c.              Kebutuhan yang lebih tinggi kurang diperlukan dalam rangka mempertahankan hidup, sehingga pemuasannya dapat diabaikan. Kegagalan dalam pemuasannya tidak akan menimbulkan krisis.
d.             Walaupun kebutuhan yang lebih tinggi itu kurang begitu perlu dalam rangka survival, namun kebutuhan itu memberikan kontribusi terhadap survival itu sendiri dan juga perkembangan. Kepuasan yang diperoleh dari kebutuhan yang paling tinggi itu dapat meningkatkan kesehatan, panjang usia, dan efisiensi biologis. Karena itu Maslow menamakannya dengan growth or being needs.
e.              Pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi amat bermanfaat, baik bagi fisik maupun psikis. Kondisi ini dapat melahirkan rasa senang, bahagia dan perasaan bermakna.
f.              Pemuasan kebutuhan yang  lebih tinggi memerlukan situasi eksternal yang lebih baik (sosial, ekonomi, dan politik) daripada kebutuhan yang lebih rendah. Contoh: untuk mengejar aktualisasi diri diperlukan suasana kehidupan yang memberi kebebasan untuk berekspresi dan berpeluang.[9]
Hirarki kebutuhan Maslow digambarkan dalam bentuk piramida berikut:
1)             Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar, kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, seks, istirahat (tidru), dan oksigen. Maslow mengemukakan bahwa manusia adalah binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk suatu saat yang terbatas. Apabila suatu hasrat itu telah terpuaskan, maka hasrat lain akan muncul sebagai penggantinya.
2)             Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang, baik anak, remaja, maupun dewasa. Pada anak kebutuhan akan rasa aman ini nampak jelas, sebab mereka suka bereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya. Agar kebutuhan anak akan rasa aman ini terpenuhi, maka perlu diciptakan iklim kehidupan yang memberi kebebasan untuk berekspresi. Namun pemberian kebebasan untuk berekspresi atau berperilaku itu perlu bimbingan dari orang tua, karena anak belum memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilakunya secara tepat dan benar. Pada orang dewasa, kebutuhan ini memotivasinya untuk mencari kerja, menjadi peserta asuransi, atau menabung uang. Orang dewasa yang sehat mentalnya, ditandai dengan perasaan aman, bebas dari rasa takut dan cemas. Sementara yang tidak sehat ditandai dengan perasaan seolah-olah selalu dalam keadaan terancam bencana besar.
3)             Kebutuhan Pengakuan dan Kasih Sayang
Kebutuhan ini dapat diekspresikan dalam berbagai cara, seperti: persahabatan, percintaan, atau pergaulan yang lebih luas. Melalui kebutuhan ini seseorang mencari pengakuan, dan curahan kasih sayang dari orang lain, baik dari orang tua, saudara, guru, pimpinan, teman, atau orang dewasa lainnya.
Kebutuhan untuk diakui lebih sulit untuk dipuaskan pada suasana masyarakat yang mobilisasinya sangat cepat, terutama di kota besar, yang gaya hidupnya sudah bersifat inividualistik. Hidup bertetangga, aktif di organisasi, atau persahabatan dapat memberikan kepuasan akan kebutuhan ini.
Kebutuhan akan kasih sayang, atau mencintai dan dicintai dapat dipuaskan melalui hubungan yang akrab dengan orang lain. Meslow membedakan antara cinta dengan seks, meskipun diakuinya bahwa seks merupakan salah satu cara pernyataan kebutuhan cinta. Dia sependapat dengan rumusan cinta dari Rogers yaitu: keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan sepenuh hati. Maslow berpendapat bahwa kegagalan dalam mencapai kepuasaan kebutuhan cinta atau kasih sayang merupakan penyebab utama dari gangguan emosional atau maladjustment.[10]
4)             Kebutuhan Penghargaan
Manakala kebutuhan dimiliki dan dicintai telah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri:
·      Menghargai diri sendiri (Self Respect): kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Orang membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri, bahwa dirinya berharga, mampu menguasai tugas dan tantangan hidup.
·      Mendapat penghargaan dari orang lain (Respect from Others): kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal baik dan dinilai baik oleh orang lain.[11]
Memperoleh kepuasan dari kebutuhan ini memungkinkan individu memiliki rasa percaya diri akan kemampuan dan penampilannya; menjadi lebih kompeten; dan produktif dalam semua aspek kehidupan. Sebaliknya apabila seseorang mengalami kegagalan dalam memperoleh kepuasan atau mengalami lack of self–esteem maka dia akan mengalami rendah diri, tidak berdaya, tidak bersemangat, dan kurang percaya diri akan kemampuannya untuk mengatasi masalah kehidupan yang dihadapinya.
5)             Kebutuhan Kognitif
Secara alamiah manusia memiliki hasrat ingin tahu (memperoleh pengetahuan, atau pemahaman tentang sesuatu). Hasrat ini mulai berkembang sejak akhir usia bayi dan awal masa anak, yang diapresiasikan sebagai rasa ingin tahunya dalam bentuk pengajuan pertanyaan tentang berbagai hal, baik diri maupun lingkungannya. Rasa ingin tahu ini biasanya tehambat perkembangannya oleh lingkungan, baik keluarga maupun sekolah. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan menghambat pencapaian perkembangan kepribadian secara penuh. Menurut Maslow, rasa ingin tahu ini merupakan ciri mental yang sehat. Kebutuhan kognitif ini diekspresikan sebagai kebutuhan untuk memahami, menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan, mencari sesuatu atau suasana baru dan meneliti.
6)             Kebutuhan Estetika
Kebetuhan estetik (order and beauty) merupakan ciri orang yang sehat mentalnya. Melalui kebutuhan inilah manusia dapat mengembangkan kreativitasnya dalam bidang seni (lukis, rupa, patung, dan grafis), arsitektur, tata busana, dan tata rias. Di samping itu orang yang sehat mentalnya ditandai dengan kebutuhan keteraturan, keserasian, atau keharmonisan dalam setiap aspek kehidupannya, seperti dalam cara berpakaian (rapi dengan keterpaduan warna yang serasi), dan pemeliharaan ketertiban lalu lintas. Orang yang kurang sehat mentalnya, atau sedang mengalami gangguan emosional, dan stres biasanya kurang memperhatikan kebersihan, dan kurang apresiatif terhadap keteraturan dan keindahan.

7)             Kebutuhan Aktualisasi Diri
Merupakan puncak dari hirarki kebutuhan manusia yaitu perkembangan atau perwujudan potensi dan kapasitas secara penu. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu yang dia mampu untuk menjadi itu. walaupun kebutuhan lain terpenuhi, namun apabila kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi, tidak mengembangkan atau tidak mampu menggunakan kemampuan bawaannyaa secara penuh, maka seseorang akan mengalami kegelisahan, ketidaksenangan, atau frustasi.
Contoh: jika seseorang memiliki kemampuan potensial dalam bidang musik tetapi dia harus bekerja sebagai akuntan, atau jika dia sangat berminat dalam studi tetapi disuruh bekerja sebagai pedagang, maka dia akan mengalami kegagalan memenuhi aktualisasi dirinya. Terkait dengan hal ini, Maslow mengemukakan bahwa seorang musikus harus membuat musik, seorang pelukis harus melukis, dan seorang sastrawan harus merilis.[12]

2.      Kepribadian yang Sehat

Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self-actualizing person). Dia mengemukakan teori motivasi bagi self-actualizing person dengan metamotivation, meta-needs, B-motivation, atau being values (kebutuhan untuk berkembang). Seseorang yang mampu mengaktualisasikan dirinya secara menyeluruh tujuannya akan memperkaya, memperluas kehidupannya dan mengurangi ketegangan melalui bermacam-macam pengalaman yang menantang. Dia berusaha untuk mengembangakan potensinya secara maksimal, dengan memperhatikan lingkungannya. Dia juga berada dalam keadaan menjadi spontan, alami, dan senang mengekspresikan potensinya secara penuh.
Sementara motivasi bagi orang yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya, dinama D-motivation atau Deficiency. Tipe motivasi ini cenderung mengejar hal yang khusus untuk memenuhi kekurangan dalam dirinya, seperti mencari makanan untuk memenuhi rasa lapar. Ini berarti bahwa kebutuhan khusus (lapar) untuk tujuan yang khusus (makanan) menghasilkan motivasi untuk memperoleh sesuatu yang dirasakannya kurang (mencari makanan). Motif ini tidak hannya berhubungan dengan kebutuhan fisiologis, tetapi juga rasa aman, cintah kasih, dan penghargaan.[13]
Terkait dengan metaneeds, Maslow selanjutnya mengatakan bahwa kegagalan dalam memuaskannya akan berdampak kurang baik bagi individu, sebab dapat menggagalkan pemuasan kebutuhan yang lainnya, dan juga melahirkan metapologi yang dapat merintangi perkembangannya. Metapologi merintangi self-actualizaer untuk mengekspresikan, menggunakan, memenuhi potensinya, merasa tidak berdaya dan depresi. Berikut ini dikemukakan mengenai ciri-ciri dari metaneeds dan metapologi.
Metaneeds
Metapologis
1.      Sikap percaya
1.      Tidak percaya, sinis, skeptis
2.      Bijak dan baik
2.      Benci dan memuakkan
3.      Indah (estetis)
3.      Vulgar dan mati rasa
4.      Kesatuan (menyeluruh)
4.      Disintegrasi
5.      Enerjik dan optimis
5.      Kehilangan semangat hidup, pasif, dan pesimis
6.      Pasti
6.      Kacau dan tidak dapat diprediksi
7.      Lengkap
7.      Tidak lengkap dan tidak tuntas
8.      Adil dan altruis
8.      Suka marah-marah, tidak adil dan egois
9.      Berani
9.      Rasa tidak aman dan memerlukan bantuan
10.  Sederhana (simple)
10.  Sangat komplek dan membingungkan
11.  Bertanggung jawab
11.  Tidak bertanggung jawab
12.  Penuh makna
12.  Tidak tahu makna kehidupan, kehilangan harapan dan putus asa.

Mengenai self-actualizing person, atau orang yang sehat mentalnya, Maslow mengemukakan ciri-cirinya sebagai berikut:
a.              Mempersepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman dalam menjalaninya.
b.             Menerima dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya.
c.              Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap jujur, tidak dibuat-buat dan terbuka.
d.             Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk memecahkan masalah diluar dirinya (yang dialami orang lain).
e.              Bersikap mandiri dan independen.
f.              Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya.
g.             Mencapai puncak pengalaman, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami kegembiraan yang luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik atau keagamaan.
h.             Memiliki minat sosial: simpati, empati, dan altruis.
i.               Sangat senang menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan orang lain.
j.               Bersikap demokratis (toleran, tidak rasialis, dan terbuka).
k.             Kreatif (fleksibel, sponta, terbuka, dan tidak takut salah).
Pandangan Maslow tentang hakikat manusia yaitu manusia bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilihi, unik, dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia, kepribadian itu dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan.[14]
Dalam kaitannya dengan peran lingkungan, khususnya sekolah dalam mengembangkan self-actualizing, Maslow mengemukakan beberapa upaya yang seyogyanya dilakukan oleh sekolah (dalam hal ini gur-guru) yaitu sebagai berikut:
a.              Membantu siswa menemukan identitasnya (jati dirinya) sendiri.
b.             Membantu siswa untuk mengeksplorasi pekerjaan.
c.              Membantu siswa untuk memahami keterbatasan (nasib) dirinya.
d.             Membantu siswa untuk memperoleh pemahaman tentang nilai-nilai.
e.              Membantu siswa agar memahami bahwa hidup ini berharga.
f.              Mendorong siswa agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya.
g.             Memfasilitasi siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan rasa diakui)

3.      Kritik terhadap Teori Humanistik

Terdapat beberapa kritik tentang kelemahan pendekatan humanistik mengenai kepribadian, yaitu sebagai berikut:
a.              Poor testability, teorinya sulit diuji (diukur) secara ilmiah, seperti konsep perkembangan manusia dan self-acrtualizing
b.             Unrealistic view of human nature. Humanistik terlalu optimis dalam mengasumsikan tentang hakikat manusia. Dalam mendeskripsikan kepribadian yang sehat kurang realistic. Seperti dalam mendeskripsikan ciri-ciri self-actualizing terlalu sempurna.
c.              Inadequate evidence, bukti-bukti yang tidak tepat.[15]

4.      Implikasi Teori Kepribadian Humanistik terhadap Bimbingan dan Konseling

a.    Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan utama bimbingan dan konseling adalah the fully functioning (mature) person atau the self-actualizing (psychologically healthy) person. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling tersebut dirinci sebagai berikut:
1)             Bersikap terbuka terhadap pengalaman dan dapat mempersepsinya secara reaalistik.
2)             Meneriman diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
3)             Bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
4)             Mau menghargai diri sendiri dan orang lain.
5)             Menerima orang lain sebagai individu yang unik.
6)             Bersikap rasional dan tidak defensive.
7)             Bersikap demokratis.
8)             Senang menjalin hubungan interpersonal.
b.             Peran Konselor
Buhler dan Allen (Gerrard Corey: 1988) menjelaskan bahwa konselor humanistik memiliki orientasi sebagai berikut:
1)             Mengakui pentingnya pendekatan diri pribadi ke pribadi.
2)             Menyadari tanggung jawabnya sebagai konselor.
3)             Mengakui sifat timbal balik dari hubungan bimbingan dan konseling.
4)             Berorientasi pada perkembangan.
5)             Menekankan keharusan konselor terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang utuh.
6)             Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak di tangan klien/konsele.
7)             Memandang dirinya sebagai model, konselor dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknnya tentang manusia dapat secara implisit menunjukkan kepada konseli potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
8)             Mengakui kebebasan konsele untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan dan nilainya sendiri.
9)             Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.[16]

E.     Teori Kepribadian Kognitif: George A. Kelly

Dia seorang yang sangat gemar membaca buku, dan berani untuk mengeksplorasi dunia yang belum dikenalnya dengan cara berhipotesis. Dia mendapat gelar Ph.D. di State University IOWA tahun 1931, kemudian menjadi direktur psikologi klinis di Ohio State University dan Brandeis University. Pengalaman klinis awalnya adalah di public school Kansas. Di sekolah ini, banyak guru yang merujuk para siswa kepadanya. Guru-guru mengemukakan keluhan kepada Kelly tentang berbagai hal yang dialaminya, terutama yang berkaitan dengan para siswanya. Berdasarkan itu, Kelly memutuskan untuk mencoba memahaminya melalui pengungkapan konstruksi (pandangan) para guru tentang peristiwa yang dialaminya. Sebagai contohnya, jika guru mengeluh bahwa muridnya malas, maka dia mencoba untuk memahami tingkah laku siswa itu, dan sistem konstruksi guru yang menyebabkan dia mengeluhkan kemalasan siswa tersebut. Dia menganalisis keluhan guru, juga kemalasan siswa, sehingga akhirnya masalah itu terpecahkan.
Kelly meyakini bahwa tidak ada kebenaran yang objektif dan kebenaran yang mutlak absolut. Fenomena itu hanya berarti manakala dihubungkan dengan cara individu mengkonstruksi fenomena tersebut.[17]

1.      Pandangannya tentang Manusia

Aliran ini memandang manusia sebagai berikut:
a.              Manusia adalah scientist yang mencoba untuk memprediksi dan mengontrol fenomena/tingkah laku. Konsekuensi logis dari pandangan ini adalah sebagai berikut:
1)             Manusia itu pada dasarnya berorientasi ke masa depan, yaitu mencapai masa depan yang lebih baik dari masa sekarang.
2)             Manusia memiliki kemampuan untuk mempresentasikan atau mengkonsep lingkungan daripada hanya meresponnya. Manusia dapat mengembangkan rumusan-rumusan alternatif teoritis tentang fenomena, menafsirkan , dan mengkonstruksi serta merekonstruksi lingkungannya.
Kehidupan merupakan representasi atau konstruksi dari kenyataan, dan kualitas hidup ditunjukan manusia untuk menciptakan dan kembali menciptakan dirinya sendiri.
b.             Manusia itu bebas (free) tetapi juga terkungkung (determined). Sistem konstruk individu dilengkapi dengan kebebasan untuk mengambil keputusan (freedom of action), sebab dia tidak dapat membuat pilihan diluar alternatif-alternatif yang telah di tetapkannya.[18]

2.      Struktur Kepribadian

Struktur kepribadian manusia adalah sistem konstruknya. Konstruk merupakan cara menafsirkan dunia/lingkungan. Konstruk merupakan konsep yang digunakan individu dalam menafsirkan, mengkategorisasikan, dan mempetakan tingkah laku. Individu mengantisipasi peristiwa dan menafsirkan jawabannya.
Kelly mengukuhkan bahwa konstruk itu tersusun dari dua kutub atau kombinasi: persamaan-perbedaan. Hal ini menunjukan bahwa kita tidak dapat memahami hakikat konstruk seseorang, apabila dia hanya menggunakan kutub persamaan atau perbedaan saja. Kita tidak akan tahu konstruk seseorang, sehingga memahami peristiwa-peristiwa yang menyertainya, dan padangan dia tentang peristiwa itu, apakah dia memandang bahwa peristiwa-peristiwa tersebut bertentangan dengan konstruk yang telah dimilikinya.
Konstruk-konstruk itu dapat dikategorikan ke dalam cara yang bervariasi, yaitu:
a.              Core (inti), konstruk dasar dari fungsi individu.
b.             Peripheral (pinggir, luar), konstruk yang dapat diubah tanpa modifikasi mendasar, serius dari konstruk inti.
c.              Permeable (dapat ditembus), konstruk yang terbuka, dapat menerima elemen-elemen yang baru.
d.             Impermeable (tak tembus/tertutup), konstruk yang menolak elemen-elemen baru
e.              Tight (rapat/erat). Konstruk yang tidak mengubah-ubah posisi.
f.              Loose (longgar), konstruk dimana individu mengharapkan suatu hal alam satu waktu, dan hal yang berbeda dalam kondisi yang sama.
g.             Verbal, konstruk yang mempunyai simbol kata yang konsisten/ajeg.
h.             Preverbal, konstruk dimana individu belum mempunyai simbol kata yang konsisten. Konstruk ini dialami/ipelajari individu sebelum perkembagan bawah (masa bayi/masa kanak-kanak awal).
Konstruk-konstruk dalam sistem yang tersusun secara hirarki, yaitu: Superordinate (termasuk konstruk bimbingan dan konseling karir lain yang berbeda dalam konteksnya), dan Subordinate (satu konstruk yang dimasukan ke dalam konteks bimbingan dan konseling karir supeordinate).[19]

3.      Proses dinamika Kepribadian

Dalam hal ini, Kelly merumuskan suatu postulat/asumsi, bahwa “proses seseorang itu secara psikologis dijembatani oleh cara dia mengantisipasi peristiwa”. Postulat tersebut mengimplikasikan bahwa:
a.              Individu mencari/menyusun prediksi.
b.             Individu mengantisipasi peristiwa.
c.              Individu menggapai masa depan melalui jendela masa kini.
Pembahsan proses ini akan lebih kompleks dengan diperkenalkannya konsep:
1)             Anxiety (cemas) adalah suatu pengenalan atau pengakuan bahwa peristiwa-peristiwa yang dikonfrontasikan kepada individu terletak diluar sistem konstruknya.
Seseorang akan mengalami kecemasan, manakala dia tidak memiliki konstruk atau kehilangan pengertian akan peristiwa-peristiwa yang dihadapinya.
2)             Threat (ancaman) merupakan kesadaran akan ancaman terjadinya perubahan struktur ini (konstruk) dirinya.
Seseorang merasa terancam, manakala dia merasa terjadi goncangan dalam sistem konstruknya. Contoh: seseorang merasa terancam dengan kematian, jika kematian itu dipersepsi sebagai ancaman, atau jika kematian itu dikonstruksi sebagai sesuatu yang memiliki makna bagi kehidupan.
Terdapat dua hal kemungkinan respon individu terhadap anxiety, yaitu: (1) Submerge (meredamkan) satu ujung dari dimensi konstruk agar dapat mempersepsi peristiwa secara familier/akrab dan nyaman, atau (2) Suspend, menghentikan atau menunda elemen-elemen yang tidak baik bagi konstruk.[20] Respon yang terakhir ini dipandang sama dengan konsep psikoanalitik, yaitu represi.
Sebagai kesimpulan dari pandangan Kelly tentang proses perilaku individu adalah sebagai berikut:
1)             Perilaku/aktivitas individu tidak dilatarbelakangi oleh kekuatan motivasi
2)             Manusia berperilaku seperti scientist dalam mengkonstruk peristiwa-peristiwa, dalam membuat prediksi, dan dalam mencari perluasan sistem konstruknya. Terkadang tidak seperti scientist, inividu merasa begitu cemas karena ketidakpahamannya, dan begitu merasa terancam karena tidak familiarnya akan peristiwa yang dihadapinya.[21]

4.      Perkembangan Kepribadian

Kelly berpendapat bahwa perkembangan itu ditekankan kepada konstruk preverbal pada masa infancy (bayi kanak-kanak) dan penafsiran budaya yang terlibat dalam proses harapn-harapan yang dipelajari/dialami. Orang memiliki kelompok budaya yang sama dan mereka mengembangkan cara-cara tertentu dalam mengkonstruk peristiwa-peristiwa, dan mereka pun mengembangkan jenis-jenis harapan yang sama mengenai jenis-jenis perilaku tertentu.

5.      Psychopatology

Teori lain disamping anxiety dan Threat, Kelly juga mengemukakan teori tentang psychopatology yang meliputi konsep-konsep agression, hostility, dan guilt.
Menurut Kelly, agresi itu melibatkan elaborasi yang aktif bidangpersepsi seseorang. Agresi memiliki dua kutub yang ekstrim, yaitu inisiatif (penuh daya) dan yang kaku (inertia). Berlawan dengan agresi, hostility (permusuhan) melibatkan usaha yang berkesinambungan untuk memaksa bukti-bukti yang valid/sah dari yang lain. Hostility terjadi manakala seseorang mencoba memaksa bukti dalam prediksi sosial yang telah diakui sebagai suatu kegagalan. Sesorang mencoba membuat orang lain berperilaku seperti apa yang diharapkannya. Hostility digunakan untuk melindungi sistem konstruk tempat individu mencoba untuk membuat orang lain berbuat dengan cara yang sesuai dengan harapannya (bertindak).
Dapat dikemukakan bahwa lawan dari agresi adalah tidak aktif (inactivity), dan lawan dari hostility adalah keingin tahuan (curiosity) dan respect (hormat) kepada orang lain.
Adapun guilt (rasa bersalah) diartikan sebagai kesadaran mengusir prinadi (the self) dari struktur inti. Guilt tidak melibatkan evil (kejahatan/dosa), dan juga super ego. Guilt merupakan pembuangan psikologis (pengasingan psikis) dari struktur inti not morally wrong.[22]
Sebagai contoh: (1) seorang wanita yang mempersepsi/mendefinisikan dirinya sebagai seorang ibu, dia akan merasa guilty manakala dia mengkonstruksi perilakunya sebagai tukang contek dan sebaliknya.
Selanjutnya Kelly mendefinisikan psychopatology sebagai gangguan fungsi dalam menggunakan sistem konstruk terhadap peristiwa-peristiwa. Gangguan (disorder) dapat diartikan sebagai konstruk pribadi yang digunakan secara berulang-ulang karena perasaan dendam/benci yang tidak valid. Gangguan psikologisn adalah gangguan yang melibatkan anxiety. Lebih tepatnya, gangguan psikologis itu merupakan gangguan yang melibatkan anxiety, dan usaha individu yang diulang untuk membangun kembali perasaan, sehingga mampu mengantisipasi peristiwa-peristiwa.
Contoh konstruk psychopatology Kelly ini adalah kasus bunuh diri (suicide). Suicide ditafsirkan oleh para psikoanalitik adalah sebagai batinnya hostility. Setiap suicide adalah sebuah pembunuhan yang potensial. Ini semua disebabkan karena anxiety atau guilty, hostility yang diarahkan kepada orang lain, menjadi berbalik arah kepada dirinya sendiri. Tidak sama dengan penafsiran diatas, Kelly menafsirkan suicide sebagai perbuatan untuk memvalidasikan hidupnya, atau tindakan penyerahan/pengorbanan diri. Suicide terjadi karena akibat fatalisme atau karena anxiety yang total, atau karena peristiwa yang dihadapi itu membingungkan; atau juga disebabkan karena segala sesuatu itu begitu susah untuk dapat diprediksi.
Psychopatology itu merupakan respon yang tidak sehat terhadap anxiety. Bentuk-bentuk respon ini adalah sebagai berikut:
a.              Contruction (menegangkan), yaitu cenderung ditemukan pada orang yang mengalami depresi; orang yang sangat terbatas interesnya, yang sempit atensinya terhadap hal-hal yang lebih kecil; juga orang yang sempit persepsinya untuk mengurangi ketidak cocokan/hal-hal yang berlawanan.
b.             Dilation (memuain/memperlebar), yaitu yang memperlebar persepsinya. Sering ditemukan pada perilaku orang yang mengidap/mengalami manic (kegemaran berlebih-lebihan, kegagalan); atau a flight of ideas; excessiveve motor activity.
c.              Exessively impermeable (inflexible), kaku, sempit cara berfikirnya/menutup diri, menolak rangsangan dari orang lain, dan bersifat kompulsif.[23]

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Teori dapat diartikan sebagai model tentang kenyataan yang membantu kita untuk memahami, menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol tentang kenyataan tersebut (C. George Boeree, 2005: 1). Sedangkan “kepribadian” disebut dengan personality (bahasa inggris); persoonlijkheid (bahasa Belanda); personlichkeit (bahasa Jerman); personalita (bahasa Itali); dan personalidad (bahasa Spanyol). Akar kata istilah tersebut berasal dari bahasa Latin persona “topeng”, yaitu topeng yang digunakan oleh aktor pertunjukan, dalam pertunjukan tersebut aktor menyembunyikan kepribadiannya yang asli dan menampilkan diri sesuai dengan kepribadian topeng yang digunakan
Menurut Stefflre dan Matheny ada beberapa faktor yang mempengaruhi keragaman teori kepribadian, yaitu: personal, sosiologis, filsafat dan agama
Para ahli teori humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self- realization). Mereka meyakini bahwa:
a.              Manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri;
b.             Manusia memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, dalam hal ini manusia bukan pion yang di atur sepenuhnya oleh lingkungan, dan;
c.              Manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan irrasional, dan konflik.

Teori Abraham Maslow dapat dinamakan dengan teori Dinamika Holistik. Teori ini mengasumsikan keseluruhan kepribadian manusia yang termotivasikan secara konstan oleh suatu kebutuhan atau kebutuhan lainnya
Teori epribadian kognitif Kelly meyakini bahwa tidak ada kebenaran yang objektif dan kebenaran yang mutlak absolut. Fenomena itu hanya berarti manakala dihubungkan dengan cara individu mengkonstruksi fenomena tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Syamsu Yusuf LN. dan Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2007), hlm. 2
Uus Ruswandi dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru (Bandung: CV. Insan Mandiri,), hlm. 51
Muhamad Hamdi, Teori Kebripadian, Sebuah Pengantar (Bandung: Alfabeta, cetakan pertama 2016), hlm. 3
Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, edisi rrevisi cetakan ke tujuh 2009), hlm. 199


                                                                  


[1] Syamsu Yusuf LN. dan Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2007), hlm. 2
[2] Uus Ruswandi dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru (Bandung: CV. Insan Mandiri,), hlm. 51
[3] Muhamad Hamdi, Teori Kebripadian, Sebuah Pengantar (Bandung: Alfabeta, cetakan pertama 2016), hlm. 3
[4] Syamsu Yusuf LN. dan Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2007), hlm. 3-4
[5] Ibid., hlm. 16
[6] Ibid., hlm. 141
[7] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, edisi rrevisi cetakan ke tujuh 2009), hlm. 199
[8] Muhamad Hamdi, Teori Kebripadian, Sebuah Pengantar (Bandung: Alfabeta, cetakan pertama 2016), hlm. 124
[9] Uus Ruswandi dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru (Bandung: CV. Insan Mandiri,), hlm. 106-107
[10] Syamsu Yusuf LN. dan Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2007), hlm. 157-158
[11] Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, edisi rrevisi cetakan ke tujuh 2009), hlm. 206
[12] Syamsu Yusuf LN. dan Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2007), hlm. 159-160
[13] Ibid., hlm. 161
[14] Ibid., hlm. 162-163
[15] Uus Ruswandi dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru (Bandung: CV. Insan Mandiri,), hlm. 109-11o
[16] Syamsu Yusuf LN. dan Achmad Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, cetakan pertama 2007), hlm. 165
[17] Ibid., hlm. 167-168
[18] Uus Ruswandi dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru (Bandung: CV. Insan Mandiri,), hlm. 110
[19] Ibid., hlm. 111
[20] Ibid., hlm. 112
[21] Ibid., hlm. 113
[22] Ibid., hlm. 113-114
[23] Ibid., hlm. 114-115

MAKALAH TEORI – TEORI KEPRIBADIAN HUMANISTIK, ABRAHAM MASLOW DAN KOGNITIF GEORGE A. KELLY

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan...