TEORI KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD
&
TEORI KEPRIBADIAN PSIKO ANALITIS CARL GUSTAVE JUNG
Segala
puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas curahan rahmat dan ridho-Nya
penulis dapat menyelasaikan makalah ini secara cepat dan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Perkembangan Kepribadian Guru yang berjudul “Teori-teori Kepribadian”.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada rekan-rekan yang telah membantu dan berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini. Semoga kebaikan rekan-rekan dapat dibalas oleh Allah SWT. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena
itu, penulis mengharap kritik dan saran dari para pembaca yang budiman. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis sebagai
penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Wa’alaikumussalam Wr.Wb
Bandung,
9 Oktober 2018
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
Dengan adanya penulisan makalah ini, semoga dapat
menambah pengetahuan tentang Ilmu Pengembangan Kepribadian Guru, sehingga dapat
menambah wawasan para guru dalam mengembangkan kepribadiannya agar menjadi guru
yang baik, sehingga menjadi guru yang professional dan sesuai dengan kode etik
yang ada. Karena banyaknya guru yang belum memenuhi syarat professional, semoga
makalah ini dapat dipahami oleh para pembaca, dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari ketika mengajar para peserta didik, dan menjadi suri
tauladan bagi murid-muridnya,
Proses pembelajaran
merupakan transfer knowledge atau memberi pengetahuan kepada para siswa, bukan
hanya mentransfer pengetahuan, melainkan menjadikan para guru sebagai contoh
bagi para muridnya, sehingga para guru harus memiliki akhlak yang baik serta
berkepribadian luhur sehingga dapat merubah para murid dalam hal moralitas agar
menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Ditengah melesatnya
perkembangan zaman, dan banyaknya pengaruh-pengaruh luar, baik pengaruh budaya
barat maupun pengaruh perkembangan teknologi yang semakin pesat, sehingga
sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian para peserta didik. Hal ini
menjadi tantangan tersendiri bagi guru, agar dapat meminimalisir
pengaruh-pengaruh tersebut bagi para peserta didik
1. Apa yang dimaksud dengan makna
kepribadian?
2. Apa saja teori-teori kepribadian?
3. Siapa saja yang mengemukakan teori-teori
kepribadian, serta apa yang dikemukakannya?
1. Agar dapat mengetahui makna kepribadian.
2. Agar dapat mengetahui teori-teori
kepribadian.
3. Agar dapat mengetahui tokoh-tokoh yang
mengemukakan teori-teori kepribadian dan teori-teori yang dikemukakanny
Kepribadian secara bahasa berasal dari Bahasa Latin
yaitu personality atau yang berarti “Pesona” yang berarti topeng atau kedok,
yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang
maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi
bangsa Roma, ‘pesona’ berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain.
Menurut Agus Sujanto dkk
(2004), menyatakn bahwa kepribadian adalah suatu totalitas psikofisis yang
kompleks dari individu, sehingga Nampak pdalam tingkah lakunya yang unik.
Sedangkan personality
menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) adalah sifat dan
tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dalam orang lain; integrase
karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian,
kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang ; segala sesuatu mengenai diri
seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Kepribadian
menurut GW. Allport adalah suatu organisasi yang dinamis dari system psikofisis
individu individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara
khas.[1]
Kepribadian juga jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan
berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi
kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller, B. F.,
2005:59).
Sedangkan
karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusanyang ia
buat.
Alwisol
menjelaskan pengertian karakter sebagai
penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai ( benar-salah, baik-buruk)
baik secra eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian
kerena pengertian kepribdian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik
kepribadian Mapun Karakter berwujud tingkah laku yang ditunjukkan kelingkungan
social, keduanya relative permanen serta menuntun, mengerahkan gan
mengorganisasikan aktivitas individu.
Berdsarkan
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala corak
perilaku dan sifat yang khasdan dapat diperkirakan pada diri seseorang atau
lebih bisa dilihat dari luar, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan
diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu
kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu, seperti bagaimana kita bicara,
penampilan fisik, dan sebagainya. Sedangkan karakter lebih bersifat inheren dan
tidak tampak secara langsung. Sebagai perumpamaan, sepert gunung es yang hanya
tampak terlihat sedikit dipermukaan lebih banyak, dan tidak tampak secara
langsung. Dan karakterlah yang lebih menentukan daripada kepribadian.
Istilah
kepribadian berasal dari bahasa inggris yakni personality. Kata personality
berasal dari bahasa latin yakni dari person
yang berarti kedok atau topeng dan personae yang berarti menembus.
Persona biasanya digunakan oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno untuk
memerankan suatu karakter pribadi tertentu. Sedangkan yang dimaksud personae adalah para pemain sandiwara itu dengan
kedoknya berusaha menembus keluar untuk mengekspresikan suatu karakter orang
tertentu, misalnya pemarah, pemurung dan pendiam (Syamsu Yusuf. 2010:126).[2]
Dalam
istilah Arab, menurut T Fuad Wahab 2010: 1) kepribadian serng ditunjukkan
dengan istilah sulukiyyah (perilaku),
khulqiyyah (akhlak), infi’aliyyah (emosi), al-jasadiyyah (fisik), al-qadarah (kompetensi) dan muyul (minat).
Dalam
pengertian lain, kepribadian sering
dimaknai sebagai personality is
your effect upon other people yakni pengaruh seseeorang kepada orang lain.
Berdasarkan pengertian ini, orang yang besar pengaruhnya disebut kepribadian.
Pengaruh tersebut dapat dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuannya,
kekuasaannya, kedudukannya, atau karena popularitasnya, dan lain sebagainya
(Nanan Syaodih S., 2005: 134).[3]
Dalam
pengertian yang lain kepribadian sering diartikan a social stimus value, atau dmaknai sebagai cara orang lain
bereaksi, itulah kepribadian individu. Sementara itu, Abin Syamsudin (2007: 13)
mengartikan kepribadian sebagai kualitas perilaku individu yang tampak dalam
melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan.
Menurut
Florence Littauer dalam bukunya yang
berjudul Personality Plus, Kepribadian adalah keseluruhan perilaku seorang
individu dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan
serangkaian situasi. Maka dari itulah situasi diciptakan dalam pembelajaran
Hrus diseimbangkan dengan kebiasaan dan tindakan seorang anak, sehingga
terdapat perasaan yang memaksa atau tertekan dalam diri anak (Florence
Littaurer, 2006: 38).
Kecenderungan
kepribadian pada anak dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kecenderungan
kepribadian ekstrivert dan kepribadian inttivert ( Paul Henry Mussen, 1994:
54).
a. Kecenderungan
kepribadian ekstrovert
Yaitu kecenderungan seorang anak untuk mengarahkan
perhatiannya keluar dirinya sehingga segala sikap dan keputusan-keputusan yang
diambilnya adalah berdasarkan pada pengalaman-pengalaman orang lain. Mereka
cenderung ramah, terbika, aktif, san suka bergaul. Anak dengan kepribadian
ekstrovert ini biasanya memiliki banyak teman dan disukai orang karena sikapnya
yang ramah dan terbuka.
b. Kecenderungan
kepribadian Introvert
Yaitu kecenderungan seorang anak untuk menarik diri
dengan lingkungan sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan
sesuatu biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran dan pengalamannya sendiri.
Mereka biasanya pendiam dan menyendiri, merasa tidak butuh orang lain karena
merasa kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri.
Awalnya, introvert dan ekstrovert adalah sebuah
reaksi seorang anak terhadap sesuatu. Namun, jika reaksi demikianditunjukkan
terus menerus, maka dapat menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan tersebut akan
menjadi bagian dari tipe kepribadiannya.
Psikoanalisis
merupakan cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sogmund Freud dan para pengikutnya
sebagai studi fungsi dan psikologis manusia. Pada dasarnya Psikoanalisis
memiliki tiga penerapan:
1. Metode
Penelitian dari Pikiran
Metode mempunyai arti cara tepat untuk melakukan
sesuatu untuk memncapai suatu tujuan tertentu. Secara etimologi, penelitian
berasal dari bahasa Inggris research (re berarti kembali dan search berarti
mencari) dengan denikian, penelitian berarti suatu kegiatan yang dilaksanakan
dengan sistematika guna menemukan suatu yang dituju yang didalamnya terdapat
kegiatan mencari, mencatat, merumuskan sampai menganalisis kembali hasil yang
telah diperoleh demi mendapatkan hasil yang sempurna yang telah melalui
beberapa langkah penganalisaan dan pemikiran. Metode penelitian pada hakikatnya
merupakan salah-satu cara ilmiah untuk mendapatkan suatu informasi dengan
tujuan tertentu.
2. Ilmu
Pengetahuan Sistematis Mengenai Perilaku Manusia
Ilmu pengetahuan (knowledge) merupakan sebuah
usaha sadar untuk meneliti, menemukan dan meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan dari berbagai sidit pandang keilmuan. Dengan ilmu, hidup akan
menjadi lebih mudah karena dengannya merupakan salah satu penunjang pokok untuk
menjalani kehidupan. Ilmu juga bukan hanya sekedar pengetahuan, akan tetapi
merupakan sebuah kumpulan dari berbagai aspek yang terangkum dan telah
disepakati dan seperangkat metode yang telah diakui dalam suatu bidang ilmu
tertentu.
3. Perlakuan
Terhadap Penyakit Psikologis atau emosional
Terdapat berbagai macam gangguan mental psikologis
manusia yang kerap selalu mendapat perlakuan yang tidak semestinya seperti
dikucilkan, diisolasi bahkan sampai mendapatkan perlakuan pasung. Padahal
perlakuan tersebut tidak akan menimbulkan efek positif bahkan tidak sama
sekali, sebaliknya perlakuan tersebut malah akan memperkeruh keadaan dengan
memperparah penyakit yang diderita. WHO (World Health Organization)
memandang serius akan masalah mental dengan menjadikan isu global WHO. Gangguan
jiwa disebabkan karena banyak hal salah satunya yang banyak terjadi di
Indonesia karena pengalaman kehidupan yang dialami penderita sehingga
mengganggu pikiran serta jiwa mereka, sedangkan pada penyandang keterbelakangan
mental disebabkan karena rendahnya IQ yang membuat sikap dan perilaku mereka
berbeda dengan manusia normal lainnya[4]
Carl
Gustav Jung adalah seorang psikiater muda di Zurich ketika ia membaca “Interpretation
of Dream” karya Freud tidak lama sesudah terbit pada tahun 1900. Carl Jung
diakui sebagai salah seorang di antara ahli-ahli pikir psikologi yang terkemuka
abad XX. Selama 60 tahun, ia mengabdikan dirinya dengan segenap tenaga dan tujuan
tunggal untuk menganalisi proses – proses kepribadian manusia yang sangat luas
dan dalam. Tulisan – tulisannya sangat banyak dan pengaruhnya tidak dapat
diukur.
a. Struktur
kepribadian menurut Carl Jung
Keseluruhan kepribadian
atau psikhe, sebagaimana disebut oleh Jung, terdiri dari sejumlah sistem
yang berbeda namun saling berinteraksi. Sistem – sistem yang terpenting adalah
ego, ketidaksadaran pribadi beserta kompleks-kompleksnya, persona, dan anima
dan animus.
b. Sistem
ego
Adalah jiwa sadar yang
terdiri dari persepsi – persepsi, ingatan – ingatan, pikiran – pikiran dan
perasaan – perasaan sadar. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas
seseorang, dan dari segi pandangan sang pribadi, ego dipandang berada pada
kesadaran.
c. Sistem
ketidaksadaran pribadi,
Ketidaksadaran pribadi
terdiri dari pengalaman – pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian
direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman –
pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi.
Isi dari ketidaksadaran pribadi, seperti isi bahan prasadar pada konsep Freud,
dapat menjadi sadar dan berlangsung banyak hubungan 2 arah antara
ketidaksadaran pribadi dan ego.
d. Kompleks
– kompleks
Kompleks – kompleks
adalah kelompok yg terorganisasi atau konstelasi perasaan – perasaan, pikiran –
pikiran, persepsi dan ingatan – ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran
pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet menarik atau
“mengkonstelasikan” berbagai pengalaman ke arahnya (Jung, 1934).
Sebagai contoh kompleks
ibu (Jung,1954a). Intinya sebagian lain berasal dari pengalaman – pengalaman
ras dengan ibunya. Ide – ide,perasaan = perasaan, dan ingatan – ingatan yang
berhubungan dengan ibu ditarik ke inti tersebut dan membentuk suatu kompleks.
Makin kuat tenaga yang keluar dari inti makin benyak pengalaman yang ditarik ke
arahnya. Jadi seseorang yang kepribadiannya didominasi oleh ibunya dikatakan
mempunyai kompleks ibu yang kuat.
e. Pesona
Pesona dibutuhkan untuk
survival membantu diri mengontrol perasaan,pikiran dan tingkah laku. Tujuannya
adalah menciptakan kesan tertentu pada orang lain dan sering juga
menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya.
f. Anima
dan Animus
Pada dasarnya biseks.
Begitu pula dalam kepribadian,ada arseptip feminim dalam kepribadian pria yg
disebut anima. Dan arseptip maskulin dalam kepribadian wanita
disebut animus.
Sikap jiwa menurut Jung adalah arah
enerji psikis (libido) yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap
dunianya. Sikap jiwa dibedakan menjadi:
1. Sikap
Ekstrovert
a) Libido
mengalir keluar
b) Minatnya
terhadap situasi sosial akut
c) Suka
bersgaul, ramah dan cepat menyesuaikan diri
d) Dapat
menjalin hubungan baik dengan orang lain meskipun ketika ada masalah
2. Sikap
Introvert
a) Libido
mengalir ke dalam, terpusat pada faktor- faktor subjektif
b) Cenderung
menarik diri dari lingkungan
c) Lemah
dalam penyesuaian sosial, tertutup
d) Lebih
menyukai kegiatan dalam rumah
Fungsi jiwa menurut Jung adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teoritis tetap meskipun lingkungannya berbeda-beda. Fungsi jiwa dibedakan menjadi dua :
1. Fungsi
jiwa Rasional, yaitu fungsi jiwa yang bekerja dengan penilaian dan terdiri dari
:
a) Pikiran
: menilai benar atau salah
b) Perasaan
: menilai menyenangkan atau tidak menyenangkan
2. Fungsi
jiwa yang irasional, yaitu bekerja tanpa penilaian dan terdiri dari :
a) Penginderaan
: sadar inderawi
b) Intuisi
: tak sadar naluriah
Menurut Jung pada dasarnya setiap
individu memiliki keempat fungsi jiwa tersebut, tetapi biasanya hanya salah
satu fungsi saja yang berkembang atau dominan. Fungsi jiwa yang berkembang
paling meonjol tersebut merupakan fungsi superior dan menentukan tipe individu
yang bersangkutan.
Kepribadian
meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khasdan dapat diperkirakan pada
diri seseorang atau lebih dan karakterlah yang lebih menentukan daripada
kepribadian.
Teori
Kepribadian Psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud mempunyai tiga
penerapan:
1. Metode
Penelitian dari Pikiran
2. Ilmu
Pengetahuan Sistematis Mengenai Perilaku Manusia
3. Perlakuan
Terhadap Penyakit Psikologis atau emosional
Teori Psikoanalisis Carl Gustav Jung
1. Struktur
kepribadian
2. Sistem
ego
3. Sistem
ketidaksadaran pribadi
4. Kompleks-kompleks
5. Pesona
6. Anima
dan Animus
Calvin S. Hall, G. L. (2007). Psikologi
Kepribadian 1 TEORI-TEORI PSIKODINAMIK (KLINIS). Yogyakarta: Kanisius.
Clinebell, Howard John. 2002. Tipe-tipe
dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral: sumber-sumber untuk pelayanan
penyembuhan dan pertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius. Hal: 49
Idad suhada, Kompetensi
Kepribadian Guru
Chaerul Rochman danHeri Gunawan, Pengembangan Kompetensi Kepribadian Gur, Penerbit Nuansa. Bandung, 2016
Nadira Lubis, dkk, “Pemahaman Masyarakat mengenai Gangguan Jiwa
dan Keterbelakangan Mental”. Bandung.
[1]Idad
suhada, Kompetensi Kepribadian Guru, hlm
55.
[2]
Chaerul Rochman danHeri Gunawan, Pengembangan
Kompetensi Kepribadian Gur, Penerbit
Nuansa. Bandung, 2016, hlm. 31.
[3]
Ibid., hlm. 32
[4]
Nadira Lubis, dkk, “Pemahaman Masyarakat mengenai Gangguan Jiwa dan
Keterbelakangan Mental”. Bandung, hlm. 138.
No comments:
Post a Comment