UPAYA PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kepribadian Guru
Dosen:
Dr. H. Irfan Ahmad Zain, M.Pd
Disusun oleh :
Devi Fitriani
Nurjanah (1172020053)
Doni Husni
Falah (1172020061)
Ega Ishesolihah f.z (1172020063)
Fikri Fakhrizal Fadli (1172020080)
Kelompok 3
Kelas/Semester : B/Ganjil Tingkat 3
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, puji dan syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat dan inayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang
“Upaya Pengembangan Kepribadian Guru” untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan
Kepribadian Guru ini, Shalawat dan salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Agung, Nabi Besar Muhammad SAW,
yang telah menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa agama islam.
Semoga penyusunan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan informasi bagi
pembaca. Kami menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, krtitik dan saran dari pembaca sangat kami
tunggu demi kesempurnaan makalah selanjutnaya.
Demikian makalah ini kami susun, mohon
maaf jika terdapat banyak kekurangan.
Bandung, 4 Oktober 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A.
Latar Belakang................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
A. Profil Kepribadian Guru..................................................................................... 2
1.
Pengertian
Kepribadian................................................................................. 2
2.
Aspek-aspek
kepribadian ............................................................................. 3
B.
Upaya
Pengembangan Kepribadian Guru.......................................................... 4
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 11
A.
Simpulan............................................................................................................. 11
B.
Saran................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 12
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang masalah
Kualitas hasil pendidikan sangat
ditentukan oleh kualitas guru, karena guru dalam proses belajar mengajar tetap
memegang peranan penting, posisi guru dalam proses belajar mengajar belum dapat
digantikan dengan alat atau teknologi, teknologi merupakan alat bantu dalam
proses belajar mengajar. Sebab dalam proses belajar mengajar lebih diutamakan
unsur manusiawinya seperti sikap, nilai, perasaan, motivasi, kepribadian,
karakter, kebiasaan, yang mendukung dan diharapkan dilaksanakan oleh siswa
setelah proses belajar mengajar selesai
Kepribadian guru akan mempengaruhi
perilaku murid-murid mereka, kemampuan guru untuk membangun hubungan yang sehat
dengan murid-murid mereka, gaya mengajar mereka, dan persepsi-persepsi dan
pengharapan-pengharapan mereka tentang diri mereka sendiri sebagai guru, dan
harapan dari murid-murid sebagai orang yang sedang belajar. Pengajaran yang
berhasil oleh guru diukur dari prestasi murid oleh masyarakat, untuk itu
diperlukan guru-guru yang mampu membangun hubungan manusiawi yang memuaskan dan
menciptakan suatu etos ruang kelas yang hangat, mendukung dan mampu menerima
murid-murid dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sikap guru dalam
menciptakan suasana yang hangat, mendukung, komunikasi antarpribadi yang lancar
akan memudahkan penampilan siswa.
Guru-guru harus mampu mengubah konsep
diri mereka sebelum mereka dapat menimbulkan perubahan untuk keadaan yang lebih
baik dalam konsep diri hangat dan mampu menerima keadaan murid, dan suasana
yang mendukung, menyenangkan, agar dapat menghasilkan yang terbaik dari
murid-murid mereka. Artinya kualitas dari hubungan antara guru dengan muridnya
sangat penting, kondisi ini dapat tercipta apabila didukung olehkepribadian
guru yang menyenangkan.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian kepribadian?
2. Apa
saja aspek kepribadian?
3. Bagamana
upaya pengembangan kepribadian guru?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pengertian kepribadian
2.
Untuk mengetahui
aspek-aspek kepribadian
3.
Untuk mengetahui
upaya pengembangan kepribadian guru
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Profil
Kepribadian Guru
1. Pengertan
Kepribadian
Kepribadian berasal dari bahasa Inggris
`personality`. Dalam Bahasa Yunani
kata personality berasal dari kata `per` dan `sonare` yang berarti topeng, juga
berasal
dari ‘personae’ yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng
tersebut ( Nana Syaodih Sukmadinata, 136). Kepribadian ini dapat diartikan
sebagai sifat hakiki yang ada di balik sikap yang ditampilkan oleh seseorang.
Sifat ini merupakan sifat yang telah melekat pada diri seseorang. Dan karena
telah melekat tersebut, maka merupakan ciri yang khas pada seseorang. Sifat
tersebut dapat dilihat dari sesuatu yang ditampilkannya. Dengan tampilan
tersebut, maka seseorang dapat dinilai apakah ia berkepribadian yang baik atau
tidak. Seseorang yang dengan spontan dan selalu menampilkan suatu sifat
tertentu tanpa ada pengaruh dari luar dirinya ataupun motivasi tertentu, maka
dapat dikatakan bahwa sifat yang ditampilkan tersebut merupakan kepribadiannya.
Pada dasarnya jiwa manusia dapat dibedakan menjadi
dua aspek, yaitu aspek kemampuan (ability) dan aspek kepribadian (personality).
Aspek kemampuan meliputi prestasi belajar, intelegensi, dan bakat . sedangkan,
aspek kepribadian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, sikap, dan
motivasi (Samsi Haryanto, 1944:1). Kedua aspek tersebut akan selalu menyertai
seseorang, termasuk guru didalam kehidupannya. Pernyataan itu dapat berbentuk
dorongan maupun larangan. Mengenai kepribadian, secara umum para pakar kejiwaan
berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan
mengarahkan sikap dan perilaku seseorang (Zakiah Darajat, 1995: 62). Apabila
kepribadian seseorang kuat, maka sikapnya akan menjadi tegas, tidak terpengaruh
oleh bujukan dan faktor-faktor yang dating dari luar, serta ia mampu dan mau
bertanggungjawab atas ucapan dan perbuatannya. Namun, apabila kepribadiannya
lemah, maka ia akan mudah terombang-ambing oleh berbagai pengaruh yang datang
dari luar. Secara umum, kepribadian merupakan suatu organisasi yang hanya
dimiliki oleh manusia, yang menjadi penentu pemikiran dan tingkah lakunya.
Kepribadian sering disama artikan dengan istilah
karakter dan temperamen. Kedua istilah tersebut memiliki arti yang berkaitan.
Namun, masing-masing kata tersebut memiliki kekhususan tersendiri.istilah
karakter lebihh menjurus kea rah tabiat-tabiat yang dapat disebut benar atau
salah, sesuai atau tidak sesuai dengan dengan norma-norma social yang diakui
(Ahmad D. Marimba, 1980: 66). Seseorang yang mempunyai tabiat baik atau sesuai
dengan norma-norma social, akan disebut sebagai orang yang berkarakter baik.
Dan sebaliknya, orang yang memiliki tabiat buruk atau tidak sesuai dengan
norma-norma social, ia akan disebut sebagai orang yang berkarakter jelek. Dari
sini terlihat bahwa ukuran yang digunakan sebagai acuan penilaian adalah
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Temperamen merupakan satu segi dari kepribadian yang
erat hubungannya dengan perimbangan zat-zat cair yang ada dalam tubuh. Zat cair
dalam tubuh tersebut dapat mempengaruhi temperamen seseorang. Sebagai contoh,
seorang yang darahnya lebih banyak dari zat-zat lainnya akan bersifat
penggembira, sedangkan orang yang lendirnya lebih banyak akan menunjukan sifat
yang tenang. Istilah kepribadian mempunyai arti yang lebih luas, yakni meliputi
kualitas keseluruhan dari seseorang (Ahmad D. Marimba, 1980: 67). Kualitas itu
akan tampak dalam cara seseorang berbuat, berpikir dan mengeluarkan pendapat,
sikap, minat, filsafah hidup serta kepercayaannya. Dari tampilannya tersebut,
seseorang akan dapat diketahui apakah ia mempunyai kepribadian yang baik atau
tidak.
2. Aspek
Kepribadian
Secara garis besar, aspek kepribadian digolongkan
menjadi tiga, yaitu
a). Aspek kejasmanian,
merupakan
aspek yang secara langsung dapat dilihat. Karena dapat dilihat secara langsung,
maka orang lain dapat segera menilainya.
b). Aspek kejiwaan,
Aspek
kejiwaan merupakan aspek yang sulit untuk dinilai. Untuk dapat mengambil
kesimpulan aspek kejiwaan orang lain, seseorang memerlukan tenggang waktu. Hal
ini dapat dilakukan dengan banyak bergaul dengan sesorang tersebut. Dari
pergaulan tersebut, maka pribadi kejiwan orang lain dapat mulai dipahami.
c).Aspek kerohanian.
Aspek kerohanian menyangkut keyakinan seseorang.
Aspek ini merupakan aspek yang paling mendasari dan juga merupakan penentu
dalam kehidupan social seseorang. Aspek kerohanian dapat mendorong seseorang
menghindari sifat iri, dengki, dan penyakit hati lainnya.
Kepribadian merupakan sifat hakiki yang tercermin
dalam sikap seseorang. Sifat hakiki tersebut meliputi unsur psikis dan fisik.
Dengan demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran
dari kepribadian seseorang tersebut, tidak terkecuali guru. Guru merupakan
orang tua kedua dari anak yang bertugas membina kepribadian anak didiknya. Dan
tidak mungkin guru dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, jika ia tidak
mempunyai kepribadian terlebih dahulu.
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh
seorang guru diantaranya adalah:
1. Bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, social dan kebudayaan nasional Indonesia
2. Menampilkan
diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat
3. Menunjukan
etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri
4. Menjunjung
tinggi kode etik profesi guru
Kepribadian seseorang itu erat kaitannya dengan kinerja dan keterampilan
mereka dalam keterampilan mereka dalam melakukan suatu pekerjaan,”Temuan
penelitian menunjukkan bahwa pengalaman, orientasi,teoritis dan teknik atau
metode yang dilakukan untuk melakukan suatu pekerjaan (mengajar), bukanlah
penentu utama bagi keefektifan dalam bekerja.” Akan tetapi kualitas kepribadian
seseorang akan mempengaruhi hasil kinerja seorang guru di lapangan. (Surya,
2013:62)
Kepribadian (personality)
merupakan ciri-ciri khas seseorang yang di manifestasikan melalui pola tingkah
laku atau cara dia merespon yang konsisten dalam situasi-situasi termasuk
relasinya dengan lingkungan. Tingkah laku atau sikap ini akan lebih kelihatan
dalam cara=cara mereka berinteraksi dengan orang lain (peserta didik). Seperti
menampilkan sikap simpati, empati (merupakan sikap untuk dapat memahami apa
yang sedang dipikirkan dan dirasakan
orang lain), terbuka, berwibawa, bertanggung jawab, dan mampu membuat
penilaian terhadapat diri diri sendiri. Semua sikap tersebut seharusnya dapat
dikembangkan oleh guru dalam bekerja dan dalam kehidupannya, untuk dapat
memiliki kepribadian yang sehat.
Kepribadian yang sehat, akan
dapat menghasilkan kepribadian produktif. Kepribadian produktif sebagaimana
dikemukakan oleh M.D. Dahlan (Kartadinata, 2011:40) mengemukakan bahwa
kepribadian produktif akan terwujud sebagai kecendrungan untuk:
a.
Mampu bekerja keras dan sungguh-sungguh serta berusaha memperoleh hasil
karya yang sebaik-baiknya.
b.
Mampu bekerja secara teratur dan tertib menurut aturan tertentu.
c.
Mampu bekerja sendiri secara kreatif,tanpa menunggu perintah sehingga
mampu mengambil keputusan sendiri.
d.
Mampu bekerja sama secara bersahabat dengan orang lain tanpa merugikan
dirinya ataupun orang lain.
e.
Tanggap terhadap perubahan yang terjadi dilingkungan baru.
f.
Ulet, dan tekut bekerja tanpa
mengenal lelah dan bosan.
g.
Mampu bergaul dan berpartisipasi dalam kegiatan jenis lain.
Jadi, kepribadian yang sehat itu atau produktif menyangkut masalah
tanggung jawab, kesadaran moral dan etika, kemasyarakatan maupun diri sendiri.
B.
Upaya
Pengembangan Kepribadian Guru
Guru profesiaonal adalah orang yang mempunyai
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Dengan kata lain,
guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.
Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan
hanya memiliki pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi
atau teknik dalam KBM serta landasan-landasan kependidikan seperti tercantum
dalam kompetensi guru. Berikut adalah
upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan kepribadian guru:
1. Prinsip
Keseimbangan Individu dan Sosial
Menurut Khursid
Ahmad (1981: 13), sebuah keunikan yang lain dari Islam adalah menciptakan
keseimbangan antara individualism dan kolektivisme (social). Agama Islam
percaya akan kepribadian individu, dan setiap individu secara pribadi
bertanggungjawab kepada Allah. Islam menjamin hak asasi individu, sehingga
perkembangan wajar dari kepribadian manusia merupakan salah satu tujuan pokok
dalam pendidikan.
Untuk menjadi
guru yang betul-betul sebagai tenaga profesional dibidang kependidikan, seorang
guru mempunyai kemampuan dalam berinteraksi dalam proses belajar mengajar,
refleksi sosial.
2. Istiqamah
dalam bertindak
Istiqamah dalam
arti yang umum adalah bersikap teguh atau keteguhan berpegang kepada sesuatu
yang diyakini kebenarannya, dan tidak mau mengubah keyakinannya dalam keadaan
bagai manapuun baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan sendiri
maupun bersama dengan orang lain.Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Hud ayat
112, yang artinya: “Maka tegakanlah
pendirianmu sebagaimana kamu diperintahkan”. Kalau pendirian sudah teguh,
barulah kebahagiaan hidup akan diperoleh, sebagaimana dalam firman Allah SWT
Q.S An-Nur ayat 51, yang artinya : “Ucapan
orang-orang apabila mereka diajak untuk menyelesaikan persoalan yang mereka
hadapi dengan hokum Allah dan Rasul-Nya hanyalah akan berkata: kami dengar dan
kami taati, mereka inilah orang-orang yang memperoleh kebaikan.”
Sikap istiqamah
inilah yang akan memberi ciri khas kepada pribadi yang melakukannya dan
menyebabkan orang menyegani dan menaruh rasa hormat.
Menurut A.M
Fatwa (1996: 1), ada dua hal pokok yang dapat membentuk seseorang menjadi
istiqamah, yaitu:
a. Berkaitan
dengan keyakinan dan pendirian yang pembinaannya adalah iman kepada Allah.
Iman yang subur tertanam dalam dada
akan menghasilkan keyakinan dan pendirian yang teguh serta tak tergoyahkan
sekalipun menghadapi berbagai macam cobaan dan intrik. Ia akan menumbuhkan
sikap tidak mudah putus asa dalam menegakkan dan memperjuangkan suatu
kebenaran.
b. Berkaitan
dengan orientasi, gagasan dan perilaku yang pembinaannya adalah akhlak yang
baik.
Akhlak yang baik adalah sesuatu yang
menjadi tujuan agama Islam, yang merupakan kualitas terpuji dari ruhani
seseorang dalm menanggapi lingkungan.
Guru harus mempunyai sikap istiqamah dalam setiap
gerak langkahnya, karena kalau guru tidak mempunyai sikap istiqamah bagaimana
mungkin anak didiknya akan bersikap teguh dalam pendiriannya. Hal itu juga bias
berpengaruh terhadap lingkungan yang lebih luas lagi. Karena itu, sikap
istiqamah harus dimiliki oleh guru. Guru yang istiqamah akan bekerja dengan
hati-hati dan berhasil guna, baik terhadap anak didiknya maupun terhadap
lingkungan yang mengitarinya.
Sebagaimana konsep Aa Gym (2003: 153) bahwa
pendidikan yang baik adalah dengan mendidik diri sendiri. Konsep tersebut
dikenal dengan istilah 3M, yaitu
a. Mulailah
dengan diri sendiri
Bagaimanapun juga kita tidak akan
mencapai nilai maksimal kalau tidak mengubah diri sendiri. Janagn menyuruh
orang lain sebelum kita menyuruh diri sendiri.
b. Mulailah
dari hal yang kecil
Sesuatu yang besar pada hakikatnya
adalah sebuah rangkaian dari hal yang kecil.
c. Mulailah
saat ini
Kita tidak tahu apakah kita masih
mempunyai waktu sampai besok pagi atau tidak. Kalau sudah tertanam perasaan
seperti itu, maka hari-hari yang kita jalani adalah hari-hari yang sangat
semangat.
3. Habit
(kebiasaan diri)
Kebiasaan adalah suatu kegiatan yang terus menerus
dilakukan yang tumbuh dalam pikiran. Pengembangan kebiasaan diri harus
dilandasi dengan kesadaran bahwa usaha tersebut membutuhkan proses yang
panjang. Kebiasaan positif diantaranya menyapa dengan ramah, memberikan pujian
terhadap anak didik dengan tulus, menyampaikan rasa simpati, menyampaikan rasa
penghargaan kepada kerabat, teman sejawat, atau peserta didik yang berprestasi,
dan lain-lain.
Menilai diri sendiri adalah sulit. Kecenderungan
orang adalah menilai sesuatu secara subjektif, dan bila menyangkut diri
sendiri, orang akan mencari pembenaran atas sikap perbuatannya. Menurut Aa Gym,
kebiasaan diri yang harus dilakukan diantaranya:
a. Beribadah
dengan benar dan istiqamah
b. Berakhlak
baik
c. Belajar
dan berlatih tiada henti
d. Bekerja
keras dengan cerdas
e. Bersahaja
dalam hidup
f. Bantu
sesama
g. Bersihkan
hati selalu
Itulah kebiasaan diri yang harus
dilakukan apalagi seorang guru yang menjadi public
figure ditengah-tengah anak didiknya, sudah barang tentu harus mempunyai
kebiasaan yang baik, supaya anak didiknya memberikan penilaian terbaik kepada
kita.
4. Keteladanan
Setiap tenaga kependidikan (guru
dan karyawan) di lembaga pendidikan harus memiliki tiga hal, yaitu:
a. Competency menyangkut
kemampuan dalam menjalankan tugas secara profesional yang meliputi kompetensi
materi (substansi), keterampilan, dan metodologi.
b.
Personality
menyangkut integritas, komitmen, dan dedikasi
c. Religiusity menyangkut
pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman di bidang keagamaan.
Dengan ketiga
hal tersebut, guru akan mampu menjadi model dan mengembangkan keteladanan di
hadapan siswanya. Semua orang dalam komunitas sekolah harus mampu menjadi
teladan bagi peserta didik. Bahkan, pesrta didik yang senior harus menjadi
teladan bagi adik-adiknya.
Keteladanan yang
dikembangkan di sekolah adalah keteladanan secara total, tidak hanya dalam hal
yang bersifat normative saja seperti ketekunan dalam beribadah, kerapian,
kedisiplinan, kesopanan, kepedulian, kasih sayang, tetapi juga hal-hal yang
melekat pada tugas pokok atau tugas utamanya.
Membangun
keteladan tidak ubahnya seperti membangun kultur (budaya), watak, dan
kepribadian. Pada awalnya terasa sulit dan perlu perjuangan atau lebih tepatnya
disebut juhad. Tetapi, setelah terbentuk dan dirasakan manfaatnya, justru
menjadi sebuah kebutuhan.
Keteladanan
adalah kunci keberhasilan, termasuk keberhasilan seorang guru dalam mendidik
peserta didiknya. Contoh dan teladan lebih bermakna daripada seribu perintah
dan larangan. Syair arab mengatakan,”Qawul ulhal affsaah min lisaani ‘i-maqaal”
(keteladanan lebih fasih daripada perkataan). Dengan keteladanan guru, siswa
akan menghormatinya, memperhatikan pelajaran. Inilah implementasi etika religius
dalam proses pembelajaran yang sungguh mampu menggerakan pikiran, emosi, dan
nurani siswa meraih keberhasilan. Implementasi etika religius itu harus dimulai
dari yang paling atas, yaitu kepala sekolah.
Selain harus
memiliki kepribadian yang baik, seorang guru pun harus mengembangkan potensi
dirinya dengan baik. Sebagimana telah dibahas sebelumnya bahwa aspek
kepribadian mencakup pula pada pengembangan kepribadian. Artinya, untuk
mengembangkan kepribadiannya, sudah tentu seorang guru harus pula melakukan
pengembangan diri.
Pengembangan
diri adalah penyemaian potensi diri sendiri. Pengembangan diri, ibarat bibit
yang perlu disemaikan dulu baru bias ditanam. Guru, selayaknya manusia
kebanyakan, memiliki potensi dasar untuk dikembangkan dan yang lebih utama mengembangkan
diri, seperti potensi fisik, intelektual, emosional, empati, spiritual, moral,
kata hati, dan lain-lain.
Guru dan
orang-orang profesional memilih aktivitas kesehariannya untuk meningkatkan mutu
pribadi pada area-area kunci secara intelektual, fisikal, rasional, emosional,
dan spiritual. Banyak orang, mungkin juga memandang keseharian ini secara
minor. Tetapi, seorang guru yang bijak akan mengatakan, “Daily goals are reached by doing things which may be uncomfortable at
first but eventually will become habits.” Banyak hal yang rasanya sangat
sukar memulainya, namun jika dilakukan secara sadar, konsisten, dan bermakna
akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan merupakan sesuatu yang memiliki energy yang
luar biasa.
Mengikuti
pemikiran John C. Maxwell, berikut ini disajikan tawaran untuk meningkatkan
mutu diri sendiri (pengembangan potensi diri) bagi guru, dari hari ke hari,
yaitu:
1. Jangan
takut berbuat kesalahan
Berbuat salah
itu paling potensial dialami oleh guru yang kreatif. Tidak berbuat juga salah.
Manusia lebih banyak didewasakan oleh pengalaman berbuat salah ketimbang
berbuat benar. Orang kreatif sangat mungkin sukses besar karena satu
keberhasilan dari ratusan tindakan coba-coba. Orang kreatif melihat kegagalan
sebagai tindakan tidak berani mencoba. Tidak ada seorang pun akan tumbuh
dewasa, tanpa berani berbuat salah
Tentu
saja, hanya manusia abnormal yang selalu berbuat salah atau sengaja bertindak
salah. Lebih baik berbuat sepuluh kali dengan empat kesalahan, ketimbang hanya
berbuat dua kali dengan satu kesalahan. Kenali kesalahan-kesalahan keseharian
kita untuk meningkatkan kebijakan hari ini lebih baik ketimbang hari kemarin.
Jika, guru tidak pernah mau berbuat salah, dia tidak mungkin akan berkembang.
Guru tidak akan menjadi bijaksana tanpa mau mencoba hal baru.
2. Mengubah
kehidupan dengan cara mengubah sesuatu yang dikerjakan keseharian
Banyak orang,
termasuk guru mengklaim telah melakukan perubahan-perubahan besar dalam
kehidupannya. Klaim ini sah adanya. Aspek-aspek tertentu dalam kehidupan kita
memang harus diubah, selayaknya mobil turun mesin (Significant overhaul). Ada juga orang yang tidak mendambakan
perubahan-perubahan besar pada waktu singkat, melainkan melakukan
perubahan-perubahan kecil secara konsisten.
Inilah yang
dimaksud dengan perubahan yang continue dari hari ke hari. Hanya air yang
menetes dengan konsisten yang dapat membuat batu sampai berlubang. Batu tidak
berlubang dengan arus aur yang deras. Lebih baik melakukan perubahan-perubahan
kecil yang terencana daripada bernafsu melakukan perubahan-perubahan besar
secara angina-anginan.
3. Merumuskan
harapan yang realistic bagi perbaikaan
diri
Pekerjaan guru
bias sulit, bisa juga gampang. Dipandang sulit, jika dia benar-benar ingin
menjadikan siswanya manuasia yang bermutu ssecara pengetahuan, keterampilan,
dan sikap. Dipandang mudah, kalau dia memposisikan tugasnya sebatas kewajiban
mengajar dan kedinasan.
Disinilah esensi
seorang guru harus mengembangkan diri secara continue dengan harapan yang
realistik. Ian MacGregor pernah mengatakan, “I work on the same principle as people who train horses.” Prinsip
bekerjanya selayaknya melatih seekor kuda. Memulai pekerjaan dengan pelan-pelan
dan kelembutan, akan mempermudah capaian hasil (star with low fences, easily achieved goals), kemudian pekerjaan
itu dilakukan secara continue dengan pola meningkatkan intensitas.
4.
Perubahan yang continue
untuk perbaikan yang continue
Perubahan
merupakan sebuah keabadian, seperti halnya ketidak pastian itulah yang hamper
dipastikan ada. Perubahan yang continue adalah esensial bagi perbaikan secara
continue.
5.
Motivasi penggerak
utama, kebiasaan menjaga perjalanannya
Motivasi
mendorong seseorang untuk bergerak dan kebiasaan mendorong motivasi itu terus
berjalan. Guru yang berkomitmen untuk menegakan disiplin akan menjelma menjadi
kebiasaan, dan dia tetap menjaga disiplin itu secara continue.
6.
Jaangan selalu menuntut
hasil segera
Banyak pekerjaan
yang harus segera diwujudkan dan dinikmati hasilnya menjadi fakta disekitar
kehidupan kita, namun demikian, bermental instan untuk selalu memperoleh hasil
segera dan hanya ingin mengerjakan pekerjaan sejenis ini, membahayakan. Guru
tidak diperbolehkan “main kayu” secara pukul rata untuk menegakkan disiplin
siswa.
Pada sebagian
siswa, disiplin harus dibentuk melalui pembiasaan. Sebagian orang sangat
mungkin terobsesi dengan pekerjaan besar dan cepat. Mereka melihat dan mencari
jalan pintas atau cara cepat. Sesungguhnya, perbaikan diri harus berlangsung
sepanjang waktu dan dimulai pada masa lampau.
7.
Fokus
Bagaimana
caranya menyelesaikan pekerjaan yang kompleks, misalnya ratusan item yang
membentuk sebuah item? Caranya, berfokuslah dari awal dan terus mencari focus
pekerjaan sampai akhir, hingga selesai. Cara lainnya, putuskan mana yang paling
penting harus dikerjakan, kemudian berfokuslah kepada yang paling penting itu,
untuk kemudian menyelesaikan yang paling penting lainnya.
8.
Alokasikan 80 persen
waktu kerja berbasis pada kekuatan anda
Prestasi besar
bukanlah sebuah keberuntungan, kecuali yang bersifat probabilitas semata.
Prestasi besar hanya akan dicapai oleh pekerja keras. Untuk mencapai prestasi
yang hebat atau juara, guru dan siswa harus menjadi pekerja keras .
investasikanlah energy yang dimiliki diri sendiri, sekitar 80 persen untuk
mrncapai prestasi besar.
Guru harus menakar
kekuatan dan kelemahannya, dan mengantisipasi peluang dan ancamannya. Gunakan
kekuatan untuk menemukan peluang dan reduksilah kelemahan untuk mengantisipasi
ancaman. Bekerjalah pada alur yang benar, sehingga usaha keras hari ini akan
menjadikan kejayaan besoknya.
Upaya
pengembangan diri tidak instan. Perlu tindakan bertahap dan continue bagi
seseorang untuk mengoptimasi pengembangan dirinya. Menurut Andrie Wongso,
tahap-tahap pengembangan diri terdiri dari empat tahap, yaitu:
1. Mengenali
diri sendir
2. Memposisikan
diri
3. Mendobrak
diri
4. Aktualisasi
diri
Keberhasilan mengenali diri sendiri akan memudahkan
tindakan diri. Kenalilah dirimu, kemudian berkaryalah. Setelah menganalisis
diri dengan seksama, kemudian kita mampu menemukan kekuatan personal kita
seperti kreativitas, semangat berinovasi, ketajaman analisis, kemampuan
menemukan peluang, penerimaan terhadap hal-hal baru, semangat belajar yang
tinggi, serta cita-cita atau tujuan-tujuan pribadi yang mulia. Tetapi disisi
lain, mungkin saja kita merasa memiliki kelemahan, seperti kurang disiplin,
tidak fokus, kurang konsisten, tidak berani mencoba, atau tidak berani ambil
resiko.
Dengan mengenal diri sendiri, seseorang akan
memposisikan dirinya, sehingga dalam bekerja tidak “lebih besar pasak daripada
tiang”, atau bekerja “ibarat pungguk merindukan bulan.” Tentu saja guru tidak
boleh pasrah pada keadaan, ketika dia mengetahui bahwa sejawatnya secara
relative lebih baik dibandingkan dengan dirinya. Kelemahan daya tangkap,
misalnya, dapat diatasi dengan memperpanjang waktu belajar. Teori belajar
tuntas memesankan, seorang siswa akan dapat menguasai materi pelajaran, jika
dia mau da nada waktu. Kesulitan guru dalam “memahamkan” materi pembelajaran
kepada siswa, dapat diatasi dengan kemauan, ketekunan, dan kesediaan mengalokasikan
waktu untuk itu. Kekuatan fisik yang kurang bagus dapat ditanggulangi dengan
kesabaran dan ketekunan untuk mengalokasikan waktu kerja lebih lama.
Guru tidak boleh membiarkan diri larut pada keadaan.
Lakukanlah aksi mendobrak diri sendiri untuk membuat kejutan. Aktualisasikanlah
rencana menjadi pelaksanaan. Terjemahkan alam pikiran bawah sadar untuk
melahirkan tindakan-tindakan besar demi prestasi dibidang pendidikan dan
pembelajaran.
BAB III
PENUTUTUP
A.
Kesimpulan
Kepribadian
dapat diartikan sebagai sifat hakiki yang ada di balik sikap yang ditampilkan
oleh seseorang. Sifat ini merupakan sifat yang telah melekat pada diri
seseorang. Dan karena telah melekat tersebut, maka merupakan ciri yang khas
pada seseorang.
Aspek-aspek kepribaadian ada tiga, yaitu:
1.
Aspek jasmani
2.
Aspek kejiwaan
3.
Aspek kerohanian
Seorang
guru harus memiliki kepribadian yang baik, karena sebagai pendidik guru harus
mampu mencontohkan perilaku-perilaku yang baik untuk peerta didiknya.
Kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru diantaranya adalah:
1. Bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, social dan kebudayaan nasional Indonesia
2. Menampilkan
diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat
3. Menunjukan
etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri
4. Menjunjung
tinggi kode etik profesi guru
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kepribadian guru diantaranya adalah seorang guru harus memiliki:
1.
Prinsip keseimbangan
individu dan social
2.
Istiqamah dalam
bertindak
3.
Kebiasaan yang
baik
4.
Keteladanan
B. SARAN
Semoga sebagai calon pendidik kita dapat menerapkan
kepribadian-kepribadian guru yang baik dan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, guna tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Danim,
Sudarwan. Profesionalisasi dan Etika
Profesi Guru. (Bandung: Alfabeta, 2010)
Rochman,
Chaerul dan Heri Gunawan. Pengembangan
Kompetensi Kepribadian Guru. (Bandung: Nuansa, 2016)
Suhada,
Idad. Kompetensi Kepribadian Guru. (Bandung:
2016)
No comments:
Post a Comment